Suku - Suku di Indonesia
Suku - Suku di Indonesia
Pertama, kita harus mengenal terlebih dahulu apa itu Suku. Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia), suku diartikan sebagai golongan bangsa dan sebagai
bagian dari bangsa yang besar. Sementara suku bangsa adalah kesatuan sosial
yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan kesadaran identitas
perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa.
Nah, karena kita sudah mengenal apa itu suku, mari kita bahas beberapa
suku yang ada di Indonesia!
1.
Suku Palembang
Suku Palembang atau yang disebut sebagai Uwong Pelémbang merupakan suku bangsa yang mendiami Palembang dan juga wilayah Sumatera Selatan. Berdasarkan statistik, penduduk suku Palembang berjumlah sekitar 3.800.000 populasi yang hidup di Indonesia. Suku Palembang merupakan hasil dari peleburan dan asimilasi budaya bangsa Arab, Tiongkok dan kelompok-kelompok suku yang ada di Indonesia.
Suku Palembang sendiri memiliki dua ragam bahasa yaitu
Baso Palembang Alus dan
Baso Palembang Sari-Sari.
Sebagian besar suku Palembang tersebar di daerah Palembang dan Sumatera Selatan.
Suku Palembang memiliki beberapa keunikan tersendiri seperti :
- Pertunjukan Gadis
Palembang
Gadis Palembang adalah merupakan tarian tradisional masyarakat Palembang yang biasanya dibawakan oleh para remaja putri dengan mengenakan pakaian adat Palembang dan diiringi oleh lantunan musik tradisional khas Palembang.
- Pagar Pengantin
Pagar Pengantin
adalah tarian tradisional
masyarakat Palembang yang biasanya dibawakan oleh para penari wanita dalam
acara-acara sakral adat Palembang, salah satu contohnya yakni dalam
upacara pernikahan adat budaya Palembang. Tarian ini dipercaya oleh masyarakat
Palembang dapat membawa
keberuntungan atau rejeki yang baik bagi pasangan yang baru menikah.
2.
Suku Dayak
Suku Dayak juga memiliki tradisi penguburan yang cukup unik. Tradisi penguburan dan upacara adat kematian pada suku bangsa Dayak diatur tegas dalam hukum adat. Sistem penguburan beragam sejalan dengan sejarah panjang kedatangan manusia di Kalimantan. Dalam sejarahnya terdapat tiga budaya penguburan di Kalimantan :
- Penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal, dengan posisi kerangka dilipat
- Penguburan di dalam peti batu (dolmen)
- Penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau anyaman tikar. Ini merupakan sistem penguburan yang terakhir berkembang.
3. Suku Bali
Suku Bali (anak Bali, wong Bali, atau Krama Bali) adalah suku bangsa mayoritas di pulau Bali, yang menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali. Menurut hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, ada kurang lebih 3,9 juta orang Bali di Indonesia. Ada sekitar 3,3 juta orang Bali tinggal di Provinsi Bali dan sisanya terdapat di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Lampung, Bengkulu dan daerah penempatan transmigrasi asal Bali lainnya.
Tentunya suku Bali memiliki keunikan pada tradisi mereka. Kebudayaan Bali terkenal akan seni tari, seni pertujukan, dan seni ukir. Miguel Covarrubias mengamati bahwa setiap orang Bali layak disebut sebagai seniman, sebab ada berbagai aktivitas seni yang dapat mereka lakukan—terlepas dari kesibukannya sebagai petani, pedagang, kuli, sopir, dan sebagainya—mulai dari menari, bermain musik, melukis, memahat, menyanyi, hingga bermain lakon. Bahkan sesajen yang dibuat wanita Bali memiliki sisi artistik pada jalinan potongan daun kelapa dan susunan buah-buahan yang rapi dan menjulang.
Sebagai contoh, gamelan merupakan bentuk seni musik yang vital dalam berbagai acara tradisional masyarakat Bali. Setiap jenis musik disesuaikan dengan acaranya. Musik untuk piodalan (hari jadi) berbeda dengan musik pengiring acara metatah (mengasah gigi), demikian pula pernikahan, ngaben, melasti, dan sebagainya. Gamelan yang beraneka ragam pun disesuaikan dengan berbagai jenis tari yang ada di Bali.
Sebagian besar suku Bali beragama Hindu. Sebanyak 3,2 juta umat Hindu Indonesia tinggal di Bali dan sebagian besar menganut kepercayaan Hindu aliran Siwa-Buddha, sehingga berbeda dengan Hindu India.
4. Suku Asmat
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua Selatan. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara Sungai Sinesty dan Sungai Nin serta Suku Simai.
Suku Asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai Laut Arafuru dan Pegunungan Jayawijaya, dengan medan yang lumayan berat mengingat daerah yang ditempati adalah hutan belantara, dalam kehidupan suku Asmat, batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai maskawin. Semua itu disebabkan karena tempat tinggal Suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.
Suku Asmat adalah suku yang menganut Animisme, sampai dengan masuknya para Misionaris pembawa ajaran baru, maka mereka mulai mengenal agama lain selain agam nenek-moyang. Dan kini, masyarakat suku ini telah menganut berbagai macam agama, seperti Protestan, Khatolik bahkan Islam. Seperti masyarakat pada umumnya, dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat pun, melalui berbagai proses, yaitu:
- Kehamilan
Selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua.
- Kelahiran
tak lama setelah si jabang bayi lahir dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun.
- Pernikahan
proses ini berlaku bagi seorang baik pria maupun wanita yang telah berusia 17 tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, bila ternyata ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
- Kematian
bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum, jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.
***
Baiklah, sekian penjelasan mengenai beberapa suku di Indonesia. Saya harap teman-teman semua dapat memahaminya dengan baik. Terimakasih dan selamat pagi!
Komentar
Posting Komentar